Apakah itu Sustainable Building Material?

Sustainable building material atau material bangunan berkelanjutan adalah bahan konstruksi yang dirancang untuk meminimalkan dampak lingkungan selama siklus hidupnya—dari produksi, penggunaan, hingga daur ulang. Bahan-bahan ini bertujuan untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan, hemat energi, dan sehat bagi penghuninya.

Daftar Isi

A.     Pendahuluan

 

B.     Jenis Material Berkelanjutan dan Penerapannya

·       Material Alami dan Terbarukan

·       Material Daur Ulang

·       Material Lokal

·       Material Prefabrikasi

 

C.     Mengurangi Jejak Karbon dalam Konstruksi

·       Mengenal Embodied Carbon

·       Material Rendah Emisi Karbon

·       Alternatif Beton Ramah Lingkungan

 

 

D.     Material Berperforma Tinggi dan Inovatif

·       Material Insulasi dan Hemat Energi

·       Material Ramah Kesehatan

·       Material Adaptif dan Pintar

·       Material Biogenik dan Biodegradable

 

E.     Perancangan Masa Depan dan Arah Perkembangan

·       Studi Kasus Penerapan Nyata

·       Tantangan dan Masa Depan

 

 

A. Pendahuluan

Industri konstruksi merupakan salah satu sektor yang memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan, mulai dari eksploitasi sumber daya alam, emisi karbon, hingga limbah konstruksi. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan dan perubahan iklim, penggunaan material bangunan berkelanjutan menjadi solusi penting untuk mengurangi dampak negatif tersebut.

Material berkelanjutan tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga efisien dalam penggunaan energi, tahan lama, dan dapat didaur ulang. Dengan demikian, penerapannya tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga dari segi ekonomi dan sosial.

Definisi Material Bangunan Berkelanjutan

Material bangunan berkelanjutan adalah material yang diproduksi, digunakan, dan didaur ulang dengan mempertimbangkan:

  • Efisiensi sumber daya (penggunaan bahan baku yang dapat diperbarui atau daur ulang).
  • Dampak lingkungan minimal (rendah emisi karbon, tidak beracun).
  • Daya tahan dan efisiensi energi (mengurangi kebutuhan perawatan dan konsumsi energi).
  • Kemampuan daur ulang atau biodegradasi (tidak menimbulkan limbah jangka panjang).

Mengapa Material Berkelanjutan Penting?

a. Dampak Lingkungan

  • Pengurangan emisi karbon: Material konvensional seperti semen menyumbang ~8% emisi CO₂ global. Material alternatif seperti beton geopolimer dapat mengurangi emisi hingga 80%.
  • Penghematan sumber daya alam: Penggunaan material daur ulang (seperti baja daur ulang) mengurangi eksploitasi tambang.
  • Minimisasi limbah konstruksi: Material berkelanjutan seringkali dapat digunakan kembali atau terurai secara alami.

b. Manfaat Ekonomi

  • Biaya operasional lebih rendah: Material tahan lama dan hemat energi mengurangi biaya perawatan.
  • Insentif pemerintah: Banyak negara memberikan subsidi atau sertifikasi (seperti LEED, GREENSHIP) untuk proyek ramah lingkungan.

c. Keuntungan Sosial

  • Kesehatan penghuni: Material alami (seperti cat rendah VOC, kayu alami) mengurangi polusi udara dalam ruangan
  • Dukungan ekonomi lokal: Penggunaan material lokal (seperti bambu atau tanah liat) mendukung industri kecil dan mengurangi jejak karbon transportasi.

B. Jenis Material Berkelanjutan dan Penerapannya

Material Alami dan Terbarukan

Material alami adalah bahan-bahan yang berasal dari alam tanpa melalui proses industri yang signifikan. Contohnya termasuk kayu, batu, dan tanah, yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari konstruksi hingga energi. Material alami memiliki karakteristik yang lebih ramah lingkungan karena tidak memerlukan banyak energi atau bahan kimia dalam proses ekstraksi dan penggunaannya. Material alami dan terbarukan berasal dari sumber daya yang dapat diperbarui dengan cepat, memiliki dampak lingkungan rendah, dan sering kali biodegradable. Berikut adalah contoh dari material alami:

1. Bambu

Bambu sering disebut sebagai “baja hijau” karena kekuatan dan fleksibilitasnya yang luar biasa. Sebagai tanaman dengan pertumbuhan tercepat di dunia (dapat tumbuh hingga 1 meter per hari pada beberapa spesies), bambu mencapai kematangan penuh hanya dalam 3-5 tahun, jauh lebih cepat dibandingkan kayu keras yang membutuhkan 20-50 tahun.

 

Karakteristik Teknis:

·     Kekuatan tarik bambu mencapai 28.000 psi, lebih tinggi dari banyak jenis kayu dan bahkan sebanding dengan baja ringan.

·     Memiliki sifat elastis yang membuatnya tahan gempa.

·     Permukaan alaminya yang halus mengurangi kebutuhan finishing tambahan.

Keunggulan:

·     Satu rumpun bambu dapat menghasilkan biomassa 20 kali lebih banyak per hektar dibandingkan hutan kayu.

·     Sistem perakaran yang kuat membantu mencegah erosi tanah.

·     Menyerap karbon 35% lebih banyak dibandingkan pohon berdaun lebar.

Aplikasi Konstruksi:

1.     Struktur Bangunan: Di Kolombia, “Bamboo Cathedral” setinggi 20 meter dibangun tanpa rangka baja.

2.     Elemen Arsitektur: Pavilion bambu di Jerman menggunakan teknik laminasi untuk lengkungan struktural.

3.     Material Finishing: Lantai bambu engineered memiliki ketahanan aus yang lebih baik dibanding kayu oak.

Tantangan:

·        Perlu perlakuan khusus untuk ketahanan terhadap serangga dan kelembaban.

·        Standarisasi masih berkembang karena variasi sifat antar spesies.

2. Cork

Cork atau gabus umumnya dikenal sebagai bahan untuk papan pengumuman atau stopper minuman wine. Sebanyak 70% produksi gabus di dunia digunakan untuk membuat wine stopper, sementara hanya 22% yang digunakan dalam pembuatan bahan bangunan. Padahal, material ini sangat ramah lingkungan, mulai dari proses pemanenan, produksi, hingga penggunaannya.

 

Karakteristik Teknis:

·      Panen berkelanjutan: Pohon ek gabus (Quercus suber) hanya dikuliti setiap 9-12 tahun tanpa ditebang.

·        Penyerapan karbon: Satu hektar hutan gabus menyerap 14 ton CO₂/tahun.

·        Isolasi termal superior: Nilai R 3.6 per inci (setara dengan fiberglass).

Keunggulan:

·     Tahan api alami: Tidak meleleh (titik leleh >200°C) dan tidak melepaskan gas beracun.

·        Ketahanan biologis: Resistansi alami terhadap jamur dan serangga karena suberin.

·        Daya tahan panjang: Masa pakai 50+ tahun untuk aplikasi lantai.

·        Perawatan minimal: Tidak membutuhkan perlakuan kimia khusus.

·        Nilai tambah estetika: Tekstur alami yang unik meningkatkan nilai properti.

Aplikasi Konstruksi:

·        Blok konstruksi: Gabus ekspansi (expanded cork) dengan kepadatan 110-130 kg/m³ untuk dinding non-beban.

·        Sistem lantai mengambang: Lapisan peredam getaran di bawah lantai kayu.

·        Ubin gabus (ketebalan 4-6mm) untuk area lalu lintas sedang.

·        Gabus akustik (ketebalan 20-50mm) untuk studio rekaman.

·        Papan isolasi (ketebalan 30-100mm) untuk dinding dan atap.

Tantangan:

·        Kekuatan terbatas.

·        Deformasi jangka panjang.

3. Bal Jerami

Bal jerami merupakan bahan bangunan berkelanjutan yang terbuat dari batang tanaman serealia kering seperti gandum atau beras. Bal jerami digunakan dalam konstruksi sebagai insulasi, sebagai elemen struktural, atau keduanya, dan merupakan bagian penting dari praktik bangunan alami. Bal jerami menawarkan beberapa manfaat, termasuk insulasi termal dan suara yang baik, tahan api, dan tahan hama jika dilindungi dengan benar.

 

Karakteristik Teknis:

·      Balok jerami modern yang dipadatkan (density ~120 kg/m³) menawarkan nilai R (resistansi termal) hingga R-2.38 per inci, lebih tinggi dari banyak material insulasi konvensional.

·        Penyerapan karbon: Satu hektar hutan gabus menyerap 14 ton CO₂/tahun.

·        Isolasi termal superior: Nilai R 3.6 per inci (setara dengan fiberglass).

Keunggulan:

·      Biaya material sangat rendah (berasal dari limbah pertanian).

·        Waktu konstruksi cepat (rumah dari bal jerami dapat diselesaikan dalam 2 minggu).

·        Kinerja akustik superior (STC ~50 untuk dinding 18 inci).

Aplikasi Konstruksi:

·        Metode Nebraska: Balok jerami sebagai elemen struktural.

·        Sistem Infill: Rangka kayu/baja dengan jerami sebagai pengisi.

·        Panel Prefab: Balok jerami pra-kompresi dalam rangka kayu.

Tantangan:

·        Rentan terhadap kerusakan akibat kelembapan.

·        Dinding bal jerami lebih tebal daripada dinding konvensional, sehingga mengurangi ruang lantai yang dapat digunakan.

Material Daur Ulang

Material daur ulang adalah bahan yang telah dikumpulkan dan diproduksi ulang menjadi produk baru. Proses ini melibatkan pengambilan bahan yang seharusnya dibuang dan mengubahnya menjadi sesuatu yang baru. Proses ini mengurangi limbah, menghemat sumber daya, dan meminimalkan dampak lingkungan. Contoh umum termasuk baja daur ulang, kaca, kertas, plastik, dan tekstil.

1. Baja Daur Ulang

Industri baja global sekarang dapat mendaur ulang hingga 98% dari semua baja bekas. Proses daur ulang baja hanya membutuhkan 25% energi dari produksi baja baru.

 

Karakteristik Teknis:

·      Kandungan logam: 98-99% besi dengan jejak tembaga (0.3-0.4%) dan timah (0.01-0.02%).

·        Kotoran maksimum: 1-2% material non-logam (standar ASTM E646).

·        Densitas: 7,850 kg/m³ (sama dengan baja baru).

Keunggulan:

·      Penghematan energi: 75% lebih hemat dibanding produksi dari bijih besi.

·        Pengurangan emisi: 1.5 ton CO₂/ton baja yang didaur ulang.

·        Penghematan sumber daya: Setiap ton baja daur ulang menghemat; 1,400 kg bijih besi, 740 kg batubara, dan 120 kg kapur.

Aplikasi Konstruksi:

·        Rangka bangunan: Kolom dan balok komposit.

·        Sistem lantai: Dek baja dengan slab beton.

·        Struktur jembatan: Komponen prefabrikasi Grade 50.

·        Fasad dinamis: Panel baja perforasi.

·        Sistem atap: Rangka atap ringan (LGS).

 

Tantangan:

·        Variabilitas komposisi pada baja daur ulang.

·        Residual stress (tegangan internal yang tetap ada dalam suatu material meskipun tidak dikenai beban eksternal).

2. Kayu Reklamasi

Kayu reklamasi adalah kayu yang sudah digunakan dan diolah kembali dengan tujuan bisa digunakan ulang sehingga tidak membutuhkan kayu baru dari hasil penebangan pohon.

 

Karakteristik Teknis:

·      Kepadatan Tinggi: 15-30% lebih padat daripada kayu baru sejenis (akibat pengeringan alami jangka panjang).

·        Stabilitas Dimensi: Penyusutan/swelling 50% lebih rendah dibanding kayu baru (contoh: susut radial hanya 2% vs 4% pada pinus baru).

·        Kekuatan tekan: 40-60 MPa.

Keunggulan:

·      Mengurangi Deforestasi: 1m³ kayu reklamasi = menyelamatkan 1,5 pohon dewasa.

·        Embodied Carbon Negatif: -500 kg CO₂e/m³ (vs +300 kg CO₂e/m³ kayu baru).

·        Lebih resisten terhadap rayap dan jamur: Dikarenakan kandungan resin alami yang terakumulasi.

Aplikasi Konstruksi:

·        Rangka Atap: Kayu lama dengan panjang 6-12 meter.

·        Lantik Kayu Tua: Ketebalan 20-30mm dengan finishing oil alami.

·        Dinding Akustik: Panel kayu tebal 50mm dengan rongga alami untuk disipasi suara.

·        Pintu & Jendela: Menggunakan kayu tua dengan stabilitas tinggi.

 

Tantangan:

·        Dimensi Tidak Seragam: Variasi lebar/tebal mencapai ±15%.

·        Kerusakan Tersembunyi: Retak internal (checking) hingga kedalaman 30% penampang.

·        Kontaminan Historis: Kandungan timbal pada cat lama atau creosote.

3. Beton Daur Ulang

Beton daur ulang adalah penggunaan kembali beton dari struktur yang dibongkar dalam proyek konstruksi baru. Ini melibatkan pemecahan, pemindahan, dan penghancuran limbah beton untuk menghasilkan material baru yang dapat digunakan kembali, seperti agregat untuk beton baru.

Karakteristik Teknis:

·        Agregat daur ulang (RCA): 30-100% pengganti agregat alam.

·        Kuat tekan: 15-40 MPa (tergantung rasio RCA).

·        Kuat tarik belah: 1.5-3.5 MPa.

·        Modulus elastisitas: 15-30 GPa (20-30% lebih rendah dari beton konvensional).

·        Densitas: 2100-2300 kg/m³ (lebih ringan 10-15%).

·        Porositas: 6-10% (lebih tinggi dari beton biasa).

 

Keunggulan:

·        Penurunan emisi CO₂: 30% lebih rendah dibanding beton konvensional.

·        Kinerja termal lebih baik: Nilai konduktivitas 0.8-1.2 W/mK.

·        Kemampuan peredaman suara: STC 45-50 untuk dinding 20cm.

·        Biaya material: 15-25% lebih murah di lokasi dekat sumber RCA.

Aplikasi Konstruksi:

·        Pelat lantai non-primer: Mutu R20-R25 untuk bangunan 2 lantai.

·        Dinding penahan: Blok beton daur ulang bertulang.

·        Beton geopolimer daur ulang: Menggunakan fly ash + RCA.

·        Beton transparan: Mengandung serat optik daur ulang.

 

Tantangan:

·        Kembang susut: 20-30% lebih tinggi.

·        Karbonasi lebih cepat: Kedalaman 1.5x beton konvensional setelah 10 tahun.

·        Kontaminasi mortar lama: Sisa semen pada RCA (25-60% berat).

Material Lokal

Material lokal adalah bahan-bahan yang terdapat secara alami di suatu wilayah dan digunakan dalam pembangunan atau konstruksi. Contohnya adalah kayu, bambu, batu alam, dan tanah liat yang banyak digunakan di Indonesia.

Contoh:

 

    • Kayu: Digunakan untuk struktur bangunan, furnitur, dan aksen dekoratif. 
    • Bambu: Digunakan untuk struktur ringan, dinding, sekat ruangan, dan aksen dekoratif. 
    • Batu Alam: Digunakan untuk pondasi, dinding, lantai, dan berbagai elemen arsitektur. 
    • Tanah Liat: Digunakan untuk membuat batu bata dan berbagai elemen arsitektur. 
    • Material Lainnya: Jerami, ijuk, daun, rotan, dan serat alami juga termasuk dalam kategori material lokal. 

Keuntungan:

 

    • Ekonomis: Mengurangi biaya transportasi dan biaya bahan baku. 
    • Ramah Lingkungan: Memanfaatkan sumber daya lokal dan mengurangi emisi karbon. 
    • Unik dan Berkarakter: Memberikan nuansa tradisional dan estetika yang khas pada bangunan. 
    • Tahan Lama: Material lokal seperti batu dan kayu memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca dan kondisi lingkungan. 

Aplikasi dalam Arsitektur:

 

    • Bangunan Vernakular: Material lokal menjadi ciri khas arsitektur tradisional di berbagai daerah. 
    • Bangunan Modern: Material lokal dapat diterapkan dengan cara yang inovatif dan sesuai dengan konsep desain modern. 
    • Bangunan Hijau: Pemanfaatan material lokal mendukung prinsip bangunan hijau yang ramah lingkungan. 

Peran dalam Arsitektur:

 

    • Material lokal memiliki peran penting dalam membangun identitas budaya, ekonomi, dan lingkungan suatu daerah. 

Material Prefabrikasi

Material prefabrikasi adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membuat komponen bangunan modular di luar lokasi konstruksi, yang kemudian dipasang di lokasi bangunan. Material ini dapat berupa baja, kayu, beton, atau material komposit, yang sering digunakan untuk membuat dinding, atap, dan struktur utama bangunan.

    • Baja: Baja ringan (light gauge steel) dan baja struktural digunakan untuk rangka bangunan, dinding, dan atap.
    • Kayu: Kayu, termasuk kayu solid dan kayu konstruksi (engineered wood), digunakan untuk rangka bangunan, dinding, dan atap.
    • Beton: Beton pracetak (precast concrete) digunakan untuk dinding, atap, dan fondasi.
    • Material Komposit: Sandwich panel (termasuk EPS, rockwool, dan polyurethane), GRC (Glassfiber Reinforced Cement), dan ACP (Aluminium Composite Panel) digunakan untuk dinding dan atap.
    • Material Lainnya: Kaca, genteng, asbes, batu alam, dan material lain juga dapat digunakan untuk finishing dan aksen

C. Mengurangi Jejak Karbon dalam Konstruksi

Mengenal Embodied Carbon

Embodied carbon merupakan total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan selama seluruh siklus hidup material bangunan, mulai dari:

  1. Ekstraksi bahan baku: Emisi dari penambangan, penebangan, atau penggalian
  2. Proses produksi: Energi untuk manufaktur dan transformasi material
  3. Transportasi: Emisi dari pengiriman material ke lokasi proyek
  4. Konstruksi: Energi yang digunakan selama pemasangan
  5. Akhir masa pakai: Emisi dari pembongkaran dan pembuangan

Fakta Kritis:

  • Sektor konstruksi menyumbang 38% emisi CO₂ global (UNEP 2022)
  • 50-70% jejak karbon bangunan baru berasal dari embodied carbon (bukan operasional)
  • Beton bertanggung jawab atas 8% emisi CO₂ dunia – lebih besar dari industri penerbangan.

Klasifikasi Embodied Carbon:

  1. Upfront Carbon: Emisi sebelum bangunan digunakan (fase material + konstruksi)
  2. Use-stage Carbon: Emisi dari pemeliharaan/penggantian material
  3. End-of-life Carbon: Emisi dari pembongkaran dan pengolahan limbah

Material Rendah Emisi Karbon

Material rendah emisi karbon adalah bahan konstruksi yang dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan dengan meminimalkan emisi gas rumah kaca selama seluruh siklus hidupnya, mulai dari ekstraksi bahan baku hingga pembuangan akhir. Bahan-bahan ini dapat menyerap karbon atau memiliki proses produksi yang lebih efisien sehingga menghasilkan jejak karbon yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan konvensional.

1. Rammed Earth

Rammed earth adalah teknik konstruksi bangunan yang menggunakan tanah yang dipadatkan untuk membangun fondasi, dinding, dan lantai. Teknik ini menggunakan bahan-bahan alami seperti tanah, kapur, kapur tohor, atau kerikil yang dipadatkan untuk menciptakan dinding atau struktur lain yang kuat.

Mekanisme Pengurangan Karbon:

  • 0% semen: Menggunakan tanah lokal yang hanya dipadatkan.
  • Proses membutuhkan 90% energi lebih rendah dibanding bata konvensional.
  • Dapat dibongkar dan digunakan ulang tanpa emisi tambahan.
https://glsrammedearth.com/blog/rammed-earth-construction-techniques/

2. Hempcrete

Hempcrete adalah bahan bangunan ramah lingkungan yang terbuat dari campuran serat rami dan kapur. Bahan ini digunakan sebagai bahan konstruksi dan insulasi, serta dikenal karena sifatnya yang ringan, tahan gempa, dan ramah lingkungan. Hempcrete menyerupai batu bata, namun lebih ringan dan anti pecah.

Mekanisme Pengurangan Karbon:

  • Hempcrete terbuat dari bahan alami yang dapat diperbaharui, serta menyerap lebih banyak karbon dioksida daripada yang dilepaskan selama produksinya. 
  • Biodegradable: Setelah digunakan, hempcrete dapat didaur ulang atau dijadikan pupuk kompos. 
https://ensia.com/wp-content/uploads/2020/09/Feature_hempcrete_inline2.jpg

3. Cross Laminated Timber (CLT)

Cross Laminated Timber (CLT) adalah produk kayu rekayasa yang dibuat dengan menyusun lapisan-lapisan kayu solid yang dikeringkan di tungku (biasanya 3, 5, 7 atau 9 lapis) dengan arah serat yang saling tegak lurus satu sama lain dan direkatkan. CLT menghasilkan panel struktural yang kuat dan stabil, cocok untuk berbagai aplikasi konstruksi seperti dinding, lantai, dan atap.

Mekanisme Pengurangan Karbon:

  • Simpanan Karbon: 1 m³ CLT = 1 ton CO₂ tersimpan.
  • Penghematan Emisi: 75% lebih rendah dibanding struktur beton dan 60% lebih rendah dibanding struktur baja.
https://cdn.prod.website-files.com/5e18da1588b6fc1370ba439f/5e21d0c510e34975dcf14e98_clt.jpg

Alternatif Beton Ramah Lingkungan

Alternatif beton ramah lingkungan meliputi penggunaan bahan baku alternatif seperti Fly Ash, silika fume, serat alam, dan limbah industri, serta teknologi produksi yang lebih efisien, seperti pengurangan penggunaan air dan penggunaan energi terbarukan. Beberapa contoh beton ramah lingkungan meliputi beton hijau (green concrete), beton geopolymer, dan penggunaan limbah seperti plastik daur ulang.

1. Beton Fly Ash

Fly ash atau abu terbang adalah bahan tambahan yang digunakan dalam campuran beton. Fly ash merupakan sisa pembakaran batubara yang sangat halus dan memiliki sifat kimia yang dapat meningkatkan kualitas beton, seperti kekuatan tekan dan kekedapan. Penggunaan fly ash dalam beton dapat mengurangi konsumsi semen, meningkatkan sifat fisik dan mekanik, serta memberikan manfaat lingkungan.

Mekanisme Pengurangan Karbon:

  • Mengurangi limbah dari pembakaran batubara.
  • Pengurangan Emisi: 40-60% lebih rendah dibanding beton biasa.
https://www.block-machine.net/wp-content/uploads/2024/01/Fly-Ash-in-Brick-and-Block-Manufacturing.webp

2. Teknologi CarbonCure

Teknologi CarbonCure adalah metode yang menyuntikkan karbon dioksida (CO2) daur ulang ke dalam beton selama proses produksi, mengubahnya menjadi mineral permanen di dalam beton. Hal ini membantu mengurangi jejak karbon industri beton tanpa mengorbankan kualitas dan kinerja beton.

Cara Kerja: CarbonCure bekerja dengan menyuntikkan CO2 yang didaur ulang ke dalam beton segar menggunakan sistem pengadukan yang ada di pabrik. CO2 kemudian mengalami mineralisasi dan menjadi bagian permanen dari beton. 

Mekanisme Pengurangan Karbon:

  • Mengurangi emisi karbon dari industri beton.
  • Membantu mengurangi penggunaan semen dalam beton hingga 4%.
https://www.tandfonline.com/cms/asset/6a72b107-2c8b-4e3d-bcc1-b2a6394767e3/thbr_a_2333681_uf0001_oc.jpg

3. Beton Geopolimer

Beton geopolimer adalah jenis beton yang menggunakan bahan pengikat alternatif selain semen Portland, yaitu bahan-bahan yang kaya silika dan aluminium, seperti fly ash, abu kulit padi, atau metakaolin. Proses pengerasan beton geopolimer terjadi melalui reaksi polimerisasi antara bahan pengikat tersebut dengan alkali aktivator, menghasilkan struktur polimer anorganik yang kuat. 

Mekanisme Pengurangan Karbon:

  • Mengurangi emisi karbon dengan agregat limbah konstruksi daur ulang.
  • Emisi 80% lebih rendah dibanding beton biasa.
https://megaconperkasa.com/wp-content/uploads/2021/10/Bagaimana-Karakteristik-Beton-Geopolimer.jpg

D. Material Berperforma Tinggi dan Inovatif

Material Insulasi dan Hemat Energi

Scroll to Top